Soal Bedug Dengan Realitas Zaman

Bedug sudah begitu familiar dikalangan umat Islam sebagai salah satu Instrumen sakral yang sangat berkaitan erat dengan ritual keagamaan, terlebih Sholat. Selain itu, Bedug sering dipakai sebagai penanda datangnya waktu sholat wajib 5 waktu telah tiba, hingga tradisi keagamaan seperti Bulan Ramadhan yang sedang kita jalani saat ini.

 Namun, belakangan ini Bedug tidak hanya dipakai sebagai penanda waktu sholat saja, akan tetapi juga sering digunakan untuk symbol keagamaan yang dipukul pada waktu-waktu tertentu, terlebih yang mengandung hal istemewa seperti Ramadhan dan Lebaran.

 Bila kita tarik mundur kebelakang, jauh sebelum kemajuan era seperti saat ini. Sebelum deretan kendaraan dengan beragam merk dan gaya motor atau mobil bermunculan, serta bertebarannya Gadget dengan fitur canggihnya itu. Seenggaknya Bedug menjadi salah satu tradisi tahunan dan juga hiburan paling dinanti saat bulan puasa tiba.

 Ketika masa kecil, Saya ingat betul  saat Ketika saya bersama kawan-kawan sangat bergembira menyambut akan datangnya bulan yang penuh ampunan ini, yang artinya saya bisa bermain “Jedur”, kalau bahasa pekalongannya yang berarti Bedug Kecil. Tak jarang kami pakai Jedur tersebut untuk “toprekan” (membangunkan orang untuk makan sahur).

 Tidak dapat dipungkiri permainan Jedur saat itu menjadi sarana yang paling efektif selama bulan puasa. Selain itu, Bedug juga dipakai sebagai penanda datangnya waktu imsak, bedug juga acap kali digunakan sebagai hiburan sembari menunggu datangnya waktu magrib tiba alias Ngabuburit.

 

*Baca info menarik lainnya di Media Alternatif Anak Muda, Kotomono.co

 Satu hal yang mungkin memiliki vibes yang berbeda yakni saat suara bedug menggema dmana-mana, saling bersahutan satu dengan yang lainnya, melebur dengan kumandang takbir, menambah kesan yang sangat mendalam. Bahwa inilah Ramadhan, inilah malam kemngangan bagi umat Islam diseluruh dunia.

 

Realitas Zaman Saat Ini

Waktu yang terus berjalan dan bumi yang terus berputar, dari masa ke masa yang namnya kehidupan akan senatiasa mengalami evolusi atau perubahan. Termasuk segala unsur yang terdapat didalamnya. Seluruhnya kan berjlan secra dinamis, seiring dengan era yang tidak bisa dielakkan lagi.

 Tengoklah kini, dengan perkembangan teknologi yang tidak terbendung, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi cara pandang kita sebagai manusia. Pada endingnya perlahan mengikis tradisi dan kebiasaan , termasuk cara pandang kita terhadap masa sebelumnya.

 Tidak ada yang salah dengan perubahan arus zaman seperti ini, Sebab Baginda Nabi Agung Muhammad SAW mengingatkan kita bahwa manusia sudah sepatutnya mengalami evolusi. Perubahan kea rah yang semakin baik pastinya, dan bagi mereka yang justru tidak menglami perubahan termasuk kedalam orang yang merugi.

 Namun, pada sudut pandang yang lain, dengan terjadinya arus perubahan yang demikian akan membahayakan bagaimana cara pandang kita terhadap tradisi yang sudah mengakar di kehidupan kita. Pada hakikitanya tradisi yang sudah ada sejak nenek moyang memberikan dampak yang sangat baik dan banyak sekali tradisi atau budaya yang mengandung nilai-nilai kehidupan.

 Kembali lagi ke topik awal, kalau kita kaitkan dengan Bedug, tentunya hal tersebut perlahan akan mengikis tradisi yang telah ada sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Dalam beberapa kali Ramadhan yang telah kita jalani, perubahan tersebut kian terasa. Begitu sulit menjumpai anak-anak kecil yang bermain dengan Bedug.

 Seperti dahulu kala, masih banyak bocil-bocil yang asyik bermain dengan bedug, entah itu habis subuh,  sehabis sholat tarawih, hingga disaat ngabuburit. Terlebih para remaja saat ini yang sibuk dengan gaway masing-masing semakin membuktikan kalua perubahan zaman itu nyata adanya.

 Realitas yang terjadi sekarang adalah orang lebih senang ngabuburit menggunakan motor dan bergerombol dengan pemotor lainnya. Jalan-jalan entah kemana dan hampir setiap jalanan dipenuhi muda-mudi hingga orang tua bahkan anak-anak yang berkendara lalu Lalang, baik didesa terlebih di kota.

 Sudah tidak ada lagi Bedug yang dimainkan sebagai hiburan menunggu datangnya adzan maghrib, yang ada suara bedug hanya dinantikan sebagai penanda datangnya waktu berbuka puasa telah tiba, Hadehhhh. Perubahan sosial yang terjadi merupakan gejala umum sepanjang masa dalam setiap masyarakat.

 Perubahan tersebut terjadi sudah sesuai dengan hakikatnya dan sifat manusia yang ingin selalu mengadakan perubahan. Maka, memang benar kata Hirscman tahun (1984) bahwa “Kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.”

Bisa jadi kebosanan inilah yan menjadi asal muasal perubahan yang terjadi belakangan ini, termasuk kaitannya dengan tradisi Bedug sehingga tidak banyak lagi yang memainkannya sekalipun itu di Bulan Ramadhan. Yang memang pasti semarak dengan tabuhan bedug.