Mengapa Singapura Bisa Ekspor BBM? Padahal Tak Punya Sumur Minyak

Singapura, negara tetangga Indonesia, tak memiliki sumur minyak tetapi mampu mengekspor bahan bakar minyak (BBM). Berikut ini alasannya.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto menyebutkan terdapat dua kondisi yang berlainan pada Indonesia dan Singapura. Menurut dia, Singapura memiliki kapasitas kilang yang melampaui laju perkembangan konsumsi BBM nasionalnya.Bila dibandingkan, Dwi mengungkapkan, Indonesia memiliki kapasitas kilang 800 ribu barel per hari (bph) selagi tingkat konsumsi BBM sebesar 1,6 juta barel per hari. Singapura justru memiliki berlebihan pasokan BBM sebesar 800 ribu bph. “Kami perlu 800 ribu bph, Singapura berlebihan 800 ribu bph,” ujar Dwi selagi memberi paparan terhadap Forum Badan Usaha Milik Negara (BUMN) 2016 di Jakarta, Kamis, 3 November 2016.

X
Di segi lain, Singapura lebih-lebih tak memiliki sumber minyak untuk kemudian diolah menjadi BBM. Sedangkan, ujar Dwi, Indonesia memiliki banyak sumber minyak dengan mengolah kira-kira 800 ribu bph atau 820 ribu bph kalau merujuk terhadap obyek mengolah siap jual atau lifting terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2016. Namun, selalu saja mesti lakukan impor untuk memenuhi kebutuhan didalam negeri.

Menurutnya, keperluan lahan untuk kilang minyak mencapai 400 hektare. Jika dikombinasikan dengan kilang petrokimia, maka luas lahan sanggup dua kali lipat. Adapun investasi yang perlu ditanamkan mencapai Rp90 triliun minus kilang petrokimia.    Meskipun demikian, Bambang enggan menyebutkan wilayah lahan yang telah disiapkan pemerintah. Menurutnya, wilayah itu lumayan strategis gara-gara berada di pesisir. “Kami tidak senang disclosed dulu, walau besok akan kami sampaikan (kepada investor). Tapi, kami siapkan lahan yang telah free and clear,” ujarnya. Pemerintah, lanjutnya, menargetkan tender internasional rampung tahun ini sehingga tahun berikutnya konstruksi sanggup dimulai. Proses itu sanggup cepat mengingat beberapa besar studi kelayakan (feasibility study) yang dibiayai APBN 2013 senilai Rp300 miliar telah selesai.

Seperti diketahui, Pertamina juga lakukan kerja sama sewa kilang di Singapura untuk mengolah minyak mentah hasil mengolah aset perseroan di Irak hingga akhir 2016. “Produksi crude Indonesia 800 ribu dan Singapura tidak memiliki mengolah sama sekali,” kata Dwi.Dwi pun mengakui sepanjang 25 th. perseroan tak lakukan pembangunan kilang dengan flow meter. Oleh sebab itu, selagi ini mesti ditunaikan percepatan kegunaan menyeimbangkan laju perkembangan konsumsi BBM dengan penambahan kapasitas kilang didalam negeri.

Adapun, sebagian proyek pembangunan kilang baru dan penambahan kapasitas kilang sedang berjalan layaknya Kilang Tuban, Kilang Cilacap, Kilang Balikpapan, Kilang Dumai, dan Kilang Balongan. “25 th. lebih Pertamina enggak bangun kilang.”